Selasa, 04 Mei 2010

Minggu, 25 April 2010

kisah sahabat

KISAH NABI DAN RASUL

Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman (QS. Yusuf 111).
Dari ayat di atas kita dapat merenung sejenak. Kita adalah makhluk yang diciptakan Allah dengan sempurna yaitu mempunyai akal. Dan itu yang membuat kita lebih baik dari pada makhluk lain. Maka dari itu, marilah kita pergunakan akal yang di anugerahkan Allah kepada kita umat manusia untuk mengetahui dan mempelajari kisah pendahulu kita, yaitu KISAH PARA NABI DAN RASUL sehingga kita dapat meneladaninya.

Selasa, 20 April 2010

Kisah Islami

Sirah Shahabat: Saad bin Abi Waqas

Alhamdulillah, blog ini dapat menghadirkan kembali seri Sirah Sahabat. Kali ini kita akan mengetengahkan kisah Saad bin Abi Waqas. Semoga kita dimudahkan Allah SWT untuk mengambil hikmah dari setiap Sirah Sahabat dan meneladani mereka. Amiin.

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. Luqman : 14-15)

Ayat-ayat yang mulia ini mempunyai latar belakang kisah tersendiri dan mengejutkan; menyebabkan satu golongan diantara dua golongan yang bertentangan jatuh terbanting, berhubungan dengan pribadi seorang pemuda lemah lembut. Akhirnya kemenangan berada di pihak yang baik dab beriman.

Tokoh kisah ini adalah seorang pemuda Makkah dari keturunan terhormat, dan dari ibu bapak yang mulia. Nama pemuda itu Saad bin Abi Waqas.

Tatkala cahaya kenabian memancar di kota Makkah, Saad masih muda belia, penuh perasaan belas kasih, banyak bakti kepada ibu bapak, dan sangat mencintai ibunya. Walaupun Saad baru menjelang usia 17 tahun, namun dia telah memiliki kematangan berpikir dan kedewasaan bertindak. Dia tidak tertarik kepada aneka macam permainan yang menjadi kegemaran pemuda-pemuda sebayanya. Bahkan dia mengarahkan perhatiannya untuk bekerja membuat panah, memperbaiki busur, dan berlatih memanah, seolah-olah dia sedang menyiapkan diri untuk suatu pekerjaan besar. Dia juga tidak puas dengan kepercayaan/agama sesat yang dianut bangsanya, serta kerusakan masyarakat, seolah-olah dia sedang menunggu uluran tangan yang kokoh kuat, penuh kasih sayang, untuk mengubah keadaan gelap gulita menjadi terang benderang.

Sementara itu, Allah SWT menghendaki akan menaikkan harkat kemanusiaan yang telah merosot, secara keseluruhan dan merata, melalui pribadi yang belas kasih itu, yaitu melalui penghulu segala makhluk, Muhammad bin Abdullah. Dalam genggamannya memancar sinar petunjuk ketuhanan yang tidak tercela, yaitu Kitabullah.

Saad segera memenuhi panggilan yang berisi petunjuk dan haq ini (agama Islam), sehingga dia tercatat sebagai orang ketiga atau keempat yang masuk Islam. Bahkan dia sering berucap dengan penuh kebanggaan: “Setelah aku renungkan selama seminggu, maka aku masuk Islam sebagai orang ketiga.”

Rasulullah SAW sangat bersuka cita dengan Islamnya Saad. Karena beliau melihat pada pribadi Saad terdapat ciri-ciri kecerdasan dan kepahlawanan yang menggembirakan. Seandainya kini dia ibarat bulan sabit, maka dalam tempo singkat dia akan menjadi bulan purnama yang sempurna.

Keturunan dan status sosialnya yang mulia dan murni, melapangkan jalan baginya untuk mengajak pemuda-pemuda Makkah mengikuti langkahnya masuk Islam seperti dia. Di samping itu, sesungguhnya Saad termasuk paman nabi SAW juga. Karena dia adalah keluarga Aminah binti Wahab, ibunda Rasulullah SAW.

Rasulullah sangat membanggakan pamannya. Pernah diceritakan, pada suatu ketika beliau sedang duduk-duduk bersama beberapa orang shahabat. Tiba-tiba beliau melihat Saad bin Abi Waqas datang. Lalu beliau berkata kepada para shahabat yang hadir, “Inilah pamanku. Coba tunjukkan kepadaku, siapa yang punya teman seperti pamanku!”

Tetapi, Islamnya Saad tidak langsung memberikan kemudahan yang mengenakkan baginya. Sebagai pemuda muslim, dia ditantang dengan berbagai tantangan, ujian, serta cobaan-cobaan berat dan keras. Ketika cobaan-cobaan itu telah sampai di puncaknya, Allah SWT menurunkan wahyu mengenai peristiwa yang dialaminya. Marilah kita dengarkan kisahnya.

Kata Saad bercerita: Tiga malam sebelum aku masuk Islam, aku bermimpi, seolah-olah aku tenggelam dalam kegelapan yang tindih menindih. Ketika aku sedang mengalami puncak kegelapan itu, tiba-tiba kulihat bulan memancarkan cahaya sepenuhnya, lalu kuikuti bulan itu. aku melihat tiga orang telah lebih dahulu berada di hadapanku mengikuti bulan tersebut. Mereka itu ialah Zaid bin Haritsh, Ali bin Abu Thalib, Abu Bakar Ash-Shidiq. Aku bertanya kepada mereka: Sejak kapan Anda bertiga di sini? Belum lama, jawab mereka.

Setelah hari siang, aku mendapat kabar, Rasulullah SAW mengajak orang-orang kepada Islam secara diam-diam. Yakinlah aku, sesungguhnya Allah SWT menghendaki kebaikan bagi diriku, dan dengan Islam Allah akan mengeluarkanku dari kegelapan kepada cahaya terang. Aku segera mencari beliau, sehingga bertemu dengannya pada suatu tempat ketika dia sedang shalat Ashar. Aku menyatakan masuk Islam di hadapan beliau. Belum ada orang mendahuluiku masuk Islam, selain mereka bertiga seperti yang terlihat dalam mimpiku.

Saad melanjutkan kisahnya masuk Islam. Ketika ibuku mengetahui aku masuk Islam, dia marah bukan kepalang. Padahal aku anak yang berbakti dan mencintainya. Ibu memanggilku dan berkata: “Hai Saad! Agama apa yang engkau anut, sehingga engkau meninggalkan agama ibu bapakmu? Demi Allah! Engkau harus meninggalkan agama barumu itu! atau aku mogok makan minum sampai mati…! Biar pecah jantungmu melihatku, dan penuh penyesalan karena tindakanmu sendiri, sehingga semua orang menyalahkan dan mencelamu selama-lamanya.”

Jawabku: “Jangan lakukan itu, Bu! Tetapi aku tidak akan meninggalkan agamaku biar bagaimanapun.”

Ibu tegas dan keras melaksanakan ucapannya. Beliau benar-benar mogok makan minum. Sehingga tubuh dan tulang-belulangnya lemah, menjadi tidak berdaya sama sekali. Terakhir, aku mendatangi ibu untuk membujuknya supaya dia mau makan dan minum walaupun agak sedikit. Tetapi ibu memang keras. Beliau tetap menolak dan bersumpah akan tetap mogok makan sampai mati, atau aku meninggalkan agamaku, Islam.

Aku berkata kepada ibu: “Ibu! Sesungguhnya aku sangat mencintai ibu. Tetapi aku lebih cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Demi Allah! Seandainya ibu memiliki seribu jiwa, lalu jiwa itu keluar dari tubuh ibu satu per satu (untuk memaksaku keluar dari agamaku) sungguh aku tidak meninggalkan agamaku karenanya.”

Tatkala ibu melihatku bersungguh-sungguh dengan ucapanku, dia pun mengalah. Lalu dia menghentikan mogok makan sekalipun dengan perasaan terpaksa.

Maka Allah SWT menurunkan firman-Nya kepada Nabi Muhammad SAW:
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik,”

Setelah Saad masuk Islam, dia lantas berjasa terhadap Islam dan kaum muslimin dengan prestasi baik dan tinggi. Dalam perang Badar, Saad ikut berperang bersama-sama adiknya Umair. Ketika itu Umair masih muda remaja, belum lama mencapai usia baligh. Tatkala Rasulullah SAW memerintahkan tentara muslimin berkumpul dan bersiap sebelum berangkat perang, Umair bersembunyi-sembunyi, takut kalau-kalau dia tidak diperbolehkan Rasulullah turut berperang, karena usianya masih kecil. Tetapi Rasulullah tetap melihatnya, lalu tidak memperbolehkannya ikut. Umair menangis, sehingga Rasulullah merasa kasihan, dan akhirnya membolehkan Umair turut berperang. Saad mendatangi adiknya dengan gembira, lalu mengikatkan pedang di bahu Umair, karena tubuhnya yang kecil. Kedua saudara itu pergi berperang berjuang bersama fi sabilillah.

Seusai peperangan Saad kembali ke Madinah seorang diri. Sedangkan adiknya, Umair tinggal di bumi Badar sebagai syuhada’. Saad merelakan adiknya ke pangkuan Allah SWT dengan mengharap pahala dari-Nya.

Ketika tentara kaum muslimin lari kucar-kacir dalam perang Uhud, Rasulullah SAW tinggal di medan tempur dengan kelompok kecil tentara kaum muslimin, tidak lebih dari sepuluh orang. satu diantaranya ialah Saad bin Abi Waqas. Sa’ad berdiri melindungi Rasulullah SAW dengan panahnya. Tidak satupun anak panah yang dilepaskan Saad dari busur melainkan mengenai sasaran dengan jitu, dan orang musyrik yang terkena, tewas seketika.

Tatkala dilihat Rasulullah SAW Sa’ad seorang pemanah jitu, beliau berkata memberinya semangat “Panahlah, hai Saad! Panahlah…! Bapak dan ibuku menjadi tebusanmu!”

Saad sangat bangga sepanjang hidupnya dengan ucapan Rasulullah itu. sehingga Saad pernah pula berkata, tidak pernah Rasulullah berucap kepada seorang jua pun, mempertaruhkan kedua ibu bapaknya sekalipun sebagai tebusan, melainkan hanya kepadaku.”

Namun puncak kejayaan Saad, ialah ketika Khalifah Umar Al-Faruq bertekad menyerang kerajaan Persia, untuk menggulingkan pusat pemerintahannya, dan mencabut agama berhala sampai ke akar-akarnya di permukaan bumi. Khalifah Umar memerintahkan kepada setiap Gubernur dalam wilayah kekuasaannya, supaya mengirim kepadanya setiap orang yang mempunyai senjata, atau kuda, atau setiap orang yang mempunyai keberanian, kekuatan atau orang yang berpikiran tajam, yang mempunyai suatu keahlian seperi syair, berpidato dan sebagainya, yang dapat membantu memenangkan perang. Maka tumpah ruahlah ke Madinah para pejuang muslim dari setiap pelosok. Setelah semuanya selesai melapor, Khalifah Umar merundingkan dengan para pemuka yang berwenang, siapa kiranya yang pantas dan dipercaya untuk diangkat menjadi panglima angkatan perang yang besar itu. mereka sepakat dengan aklamasi menunjuk Saad bin Abi Waqas, singa yang menyembunyikan kuku. Lalu khalifah menyerahkan panji-panji perang kaum muslimin kepadanya dengan resmi, dalam pengangkatannya menjadi panglima.

Sewaktu angkatan perang yang besar itu hendak berangkat, Khalifah Umar berpidato memberi amanat dan perintah harian kepada Saad.

Katanya, “Hai Saad! Janganlah engkau terpesona, sekalipun engkau paman Rasulullah dan shahabat beliau. Sesunggunya Allah tidak menghapus suatu kejahatan dengan kejahatan. Tetapi Allah menghapus kejahatan dengan kebaikan. Hai, Saad! Sesungguhnya tidak ada hubungan kekeluargaan antara Allah dengan seseorang melainkan dengan mentaati-Nya. Segenap manusia sama di sisi Allah, baik dia bangsawan atau rakyat jelata. Allah adalah Tuhan mereka dan mereka semuanya adalah hamba-hambaNya. Mereka berlebih berkurang karena taqwa, dan memperoleh karunia dari Allah karena taat. Perhatikanlah cara Rasulullah, yang engkau telah mengetahuinya, maka tetaplah ikuti cara beliau itu.”

Maka berangkatlah pasukan yang diberkati Allah itu menuju sasaran. Di dalamnya terdapat 99 orang alumni pahlawan perang badar, lebih kurang 319 orang para shahabat yang tergolong dalam baiatur ridlwan, 300 orang pahlawan yang ikut dalam penaklukan Makkah bersama-sama Rasulullah SAW, 700 orang putra-putra shahabat, dan pejuang-pejuang muslim lainnya (yang keseluruhan berjumlah 30.000 orang).

Sampai di Qadisiyah, Saad menyiagakan seluruh pasukannya dan bertempur hebat. Pada hari itu sebagai hr yang menentukan. Mereka mengepung musuh dengan ketat, lalu maju ke depan dari segala arah, sambil membaca takbir.

Dalam pertempuran itu, kepala Rustam, panglima tentara Persia, berpisah dengan tubuhnya oleh lembing kaum muslimin. Maka merasuklah rasa takut dan gentar ke dalam hati musuh-musuh Allah. Sehingga dengan mudah kaum muslimin menghadapi para prajurit Persia dan membunuh mereka. Bahkan kadang-kadang mereka membunuh dengan senjata musuh itu sendiri.

Saad bin Abi Waqas dikaruniai Allah usia lanjut. Dia dicukupi kekayaan yang lumayan. Tetapi ketika wafat telah mendekatinya, dia hanya meminta sehelai jubah usang. Katanya, “Kafani aku dengan jubah ini. Dia kudapatkan dari seorang musyrik dalam perang badar. Aku ingin menemui Allah dengan jubah itu.” [sumber: Kepahlawanan Generasi Shahabat Rasulullah SAW]

Senin, 08 Februari 2010



Kalo pengen tau, apa tho sebenere Jati Diri tuu...?

Kalo kanjeng Rosul Muhammad saw, menyampaikan dalam sabdanya:
”Barang siapa yang telah mengenal dirinya, maka dia telah mengenal Rabnya”
Dari situ kita berusaha untuk mencari tau (mengenal) diri kita sendiri. Truusss,,biasanya juga khan antum sekalian bertanya-tanya khaan, mengenai :
1. Apa tho sebenernya Jati Diri ana thuu...?
2. Lalu, apa yang musti ana perbuat untuk menindaklanjutin Jati Diri tsb...?
Cobaaa.... ane bantu jawab yaa...! (padahal yang beri pertanaan ni tadi kan juga ane sendiri ,Hmmm.... G’pp lah)
Menurut ane, makna Jati Diri melihat dari pernyataan kanjeng nabi di atas, kurang lebih :
1. Kita tau siapa tho kita
2. Untuk apa yaa... kita dicipt. Di dunia nii
Walaupun tulisan di atas dah berupa jawaban, tapi sebenere juga masih butuh buanyyak jawaban lagi lhoo... Karena jawaban di atas adalah jawaban yang singkat.Tapi, ane juga berusaha mau menjawab pertanyaan sekaligus pernyataan yang sudah menjadi jawaban di atas, dan emang pantes kalo ditanyain pada :
1. Al-Qur’an Al-Karim,
karena tu sebagai sebagai pedoman hidup kita khaan... And ada yang mengibaratkan manusia dengan Al-Qur’an :
a. Katakanlah kita belum bisa berbahasa Inggris, tapi pacar kita adalah orang inggris. Dia mengirimi surat pada kita, seperti misalnya “Can I meet you in the my house tommorow. I will you at 09.30 PM". Mungkin kita bisa mbaca tapi tidak tau maknanya, maka yang terjadi adalah besok tidak datang, dan akhirnya pacarnyapun marah khan...

2. Rosul-Nya,
Karena rosul lah sebagai guru kita di dunia ni, coba tebak cyapa yang mengajari kita tentang solat, mengajari mengingat Allah every time, sedekah, bersaudara sesama muslim, saling berkasih sayang, de el el. Jawaban antum pasti Rosululluh khan...? Nah, kalo gitu ngapain lagi kita berpikir harus tanya siapo-siapa. Ya pada kanjeng nabi lah antum nanyainnya yaaa...!
3. Ulama,
Tau sabda nabi yang ni : “Al Ulama’u Warasatul An Biya’” Tau artinya khan...orang pinter musti tau tho ya...
Khan disebutin di situ kalo ulama tu pewarisnya para nabi. Eeitsss...!, jangan salah penafsiran bahwa semua ulama tu mewarisi nabi dengan bener lhoo ya
Yang musti adalah menjelang wafatnya rosulullah, beliau mewasiatkan “DUA PERKARA” yaitu Al Qur’an Al Karim and Sunnah-sunnah beliau. Tu, warisan nabi yang paling berharga, sampe ada ulama kok ngenyimpang dari ntu, yaa berarti tidak pewaris nabi donk.
4. Hati Nurani
Sebagai tolok ukur keimanan, Hayoo...jangan salah lagi lhhooo ya, jangan tanya pada fikiran.Coz, hati nurani musti bisa menjawab semua ganjalan (permasalahan-permasalahan) yang ada. Dengan alasan hati cenderung pada kebaikan ( menuju Allah ) and tu pernyataan ngga’ berlaku sebaliknya. Fikiran ngga’ bisa menjawab semua pertanyaan/ganjalan hati, serta bersifat cenderung menikut pada hawa nafsu, dan nafsu cenderung mengikut syetan, dan ngertikan kalo kita mengikut syetan, maka akan ...................................
Jawab aja ndiri titik-titiknya...!

Rabu, 03 Februari 2010

ASSALAMU'ALAIKUM WR. WB
Selalulah semangat dam mencari ridho Allah
ALLHUAKBAR.......

Salam Ta'aruf

ASSALAMU'ALAIKUM WR. WB

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat yang kita butuhkan dengan sadar atau tidak, yang dari semuanya itu menuntut kita sebagai insan yang beriman untuk selalu bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah kepada kita semua.
Dan tak lupa salawat serta salam kita selalu senandungkan kepada junjungan kita nabiullah muhammad saw, yang mana beliau yang telah membukakan jalan kepada kita (umatnya), dan yang menerangi kita dengan cahaya yang dibawanya, sehingga manusia yang mengikutinya akan selamat, seperti orang yang apabila dalam kegelapan malam akan selamat jika berjalan dengan cahaya.
Alhamdulillah, Allah telah mengizinkan ana untuk membuat Blog yang ana beri judul Karya Ane ini pada Ahad 15 shafar 1430 H yang bertepatan pada 31 Januari 2010 M , semoga dengan adanya blog ini, dapat selalu meningatkan keseharian kita kepada Sang Maha Pencipta yaitu Allah Azzawajalla, dan dapat bermanfat khususnya bagi ane pribadi dan umumnya pada saudara muslim di Bumi Allah ini.
Serta ane ingin tausiyah dari antum sekalian , karena perintah Allah dan rosul-Nya adalah saling menasehati dalam kebaikan (berjuang di jalan-Nya).
Demikian ta'aruf dari ana, dan terakhir; jadikanlah media ini ladang dakwah untuk menyeru manusia ke jalan-Nya. Jazakallah atas perhatian antum, ada manfaatnya mari kita jadikan untuk lebih mengingat Allah, dan ada salahnya , itulah posisi ane sebagai manusia, hanya ASTAGHFIRULLAHAL'ADHIM yang bisa ane ucapkan, dan berusaha memperbaiki diri.
WASSALAMU'ALAIKUM WR. WB